Adalah suatu gangguan kepribadian yang melibatkan seseorang yang memiliki kebutuhan yang berlebihan untuk diasuh oleh orang lain. Hal ini membuat mereka menjadi sangat patuh dan melekat dalam hubungan mereka serta sangat takut akan perpisahan. Orang dengan gangguan ini mersa sangat sulit melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Mereka mencari saran dalam membuat keputusan yang paling kecil sekalipun. Anak-anak atau remaja dengan masalah ini mencari orang tua mereka untuk memilihkan pakaian, makanan, sekolah atau kampus, bahkan teman-teman mereka. Orang dewasa dengan gangguan ini membiarkan orang lain mengambil keputusan untuk mereka. Kadang mereka begitu dependen pada orang lain dalam membuat keputusan sampai mereka membiarkan orang tua mereka menentukan dengan siapa mereka akan menikah.
Setelah menikah, orang dengan gangguan kepribadian dependen akan bergantung pada pasangannya untuk membuat keputusan seperti di mana mereka akan tinggal, tetangga mana yang bisa dijadikan teman, bagaimana mereka harus mendisiplinkan anak, pekerjaan seperti apa yang harus mereka ambil, atau ke mana sebaiknya mereka pergi berlibur. Individu dengan gangguan kepribadian dependen menhindari posisi bertanggung jawab. Mereka menolak tantangan dan promosi serta bekerja dibawah potensi mereka. Mereka cenderung sangat sensitive dalam menerima kritikan serta terpaku pada rasa takut akan penolakan, mereka sering menomorduakan keinginan untuk menjalani hidup sendiri. Mereka setuju akan pernyataan aneh tentang diri mereka sendiri dan melakukan hal-hal yang merendahkan diri untuk menyenangkan orang lain.
Diagnosa dengan gangguan kepribadian sering kali ditemukan pada perempuan meskipun tidak jelas akan adanya perbedaan mendasar dalam prevalensi gangguan antara laki-laki dan perempuan. Gangguan ini juga dikaitkan dengan gangguan psikologis lainnya termasuk depresi mayor, gangguan bipolar dan fobia social serta dengan masalah-masalah fisik seperti hipertensi, kanker, dan gangguan gastrointestinal seperti ulcer dan kolitis. Orang dengan gangguan kepribadian dependen sering mengatribusikan masalah mereka dengan penyebab fisik dan bukan emosional serta mencari dukungan dan saran dari ahli-ahli medis dan bukan psikolog atau konselor.
Setelah menikah, orang dengan gangguan kepribadian dependen akan bergantung pada pasangannya untuk membuat keputusan seperti di mana mereka akan tinggal, tetangga mana yang bisa dijadikan teman, bagaimana mereka harus mendisiplinkan anak, pekerjaan seperti apa yang harus mereka ambil, atau ke mana sebaiknya mereka pergi berlibur. Individu dengan gangguan kepribadian dependen menhindari posisi bertanggung jawab. Mereka menolak tantangan dan promosi serta bekerja dibawah potensi mereka. Mereka cenderung sangat sensitive dalam menerima kritikan serta terpaku pada rasa takut akan penolakan, mereka sering menomorduakan keinginan untuk menjalani hidup sendiri. Mereka setuju akan pernyataan aneh tentang diri mereka sendiri dan melakukan hal-hal yang merendahkan diri untuk menyenangkan orang lain.
Diagnosa dengan gangguan kepribadian sering kali ditemukan pada perempuan meskipun tidak jelas akan adanya perbedaan mendasar dalam prevalensi gangguan antara laki-laki dan perempuan. Gangguan ini juga dikaitkan dengan gangguan psikologis lainnya termasuk depresi mayor, gangguan bipolar dan fobia social serta dengan masalah-masalah fisik seperti hipertensi, kanker, dan gangguan gastrointestinal seperti ulcer dan kolitis. Orang dengan gangguan kepribadian dependen sering mengatribusikan masalah mereka dengan penyebab fisik dan bukan emosional serta mencari dukungan dan saran dari ahli-ahli medis dan bukan psikolog atau konselor.
Daftar Pustaka :
Nevid, Jeffrey S. (2005). Psikologi Abnormal. Jakarta : Gelora Aksara Pratama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar