Minggu, 06 Juni 2010

Anak Gagap


Putra saya (2,7) mengalami gangguan bicara (gagap) dan baru berlangsung kurang lebih 2 minggu, sebelumnya tidak. Sekarang ia agak pendiam, saya takut akan merusak mentalnya. Memang kami mempunyai keturunan gagap, orang tua (Ayah) gagap, bapak mertua juga gagap. Ia sulit mengucapkan huruf konsonan, misalnya huruf t, k, b, p dan d kadang-kadang juga vocal a plus konsonan f. misalnya menyebut namanya Afiz. Sebelumnya lancar.

Mohon nasehat ibu Dra. Mayke Tedjasaputra, Psikolog pada Lembaga Psikologi Terapan-UI, apa usaha saya untuk menghilangkan gagap anak saya? Adakah terapi dari segi psikologis yang dpat membantu anak saya tersebut, mumpung ia masih kecil. Saya sangat mengharapkan penjelasan ibu, karena di Bengkulu jarang psikolog.


Atas perhatian Ibu, saya ucapkan terima kasih.


Lukman Hakim, Bengkulu



Bapak Lukman, sampai usia 3 tahun gagap masih terhitung wajar. Mengapa demikian? Karena dalam benak anak sudah ada berbagai kosa kata yang ingin ia ucapkan, namun dari segi kemampuan berbicara (mengekspresikan apa yang ada di dalam benaknya) masih terbatas. Sehingga pada waktu berbicara tersendat-sendat (misalnya, Af...Af..Afiz). Memang ada anak-anak yang sejak belajar berbicara, mampu menyatakan isi pikirannya dengan lancar, tetapi ada pula yang tidak. Bila sebelumnya Afiz lancar berbicara dan sekarang menjadi gagap, maka Bapak perlu memperhatikan, adakah kejadian buruk yang ia alami? Bila ya, maka bisa menjadi pertanda bahwa ia mengalami stres yang muncul dalam bentuk gagap. Gejala gagap sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai berat. Pada tingkatan yang berat, anak sangat sulit berbicara seakan-akan ia harus mengeluarkan begitu banyak tenaga sehingga otot leher dan wajahnya terlihat seperti tegang.

Untuk menangani gagap, Bapak perlu meneliti terlebih dahulu, adakah perlakuan tertentu atau perubahan suasana rumah yang mungkin saja membuatnya stres (tertekan). Misalnya, kelahiran adik, persaingan dengan saudara/teman, perlakuan keras/kasar dari anggota keluarga, pindah rumah, masuk sekolah, pertengkaran orang tua. Setelah Bapak mendapatkan penyebabnya, maka usahakan mengatasi sumber masalah. Bila ia berbicara dengan tergagap-gagap, tidak usah diingatkan atau dikomentari. Juga tidak usah menyuruh anak mengulangi apa yang seharusnya ia katakan, cukup Bapak (atau orang lain) yang berusaha mengulangi lagi apa yang disampaikan oleh anak. Selain itu, pada saat mengajaknya berbicara, bicaralah dengan tempo lambat dan dengarkan dengan sabar, apa yang dikemukakan oleh anak. Terapi untuk anak yang cukup parah gagapnya, bisa mencakup terapi psikologis (antara lain melalui terapi bermain) dan terapi bicara (speech therapy). Mengingat usia anak masih dini, Bapak juga dapat mengisi waktu luang di rumah dengan mengajaknya bermain. Sebab bermain seringkali mempunyai nilai teurapeutis. Syaratnya adalah anak menikmati kegiatan bermain yang dilakukan bersama ibu-ayahnya dan bukan karena dipaksa bermain.

Sebenarnya ada perbedaan antara gagap dan ketidakjelasan menyebut konsonan tertentu (gangguan artikulasi/gangguan fonologis) sehingga ucapan anak saat berbicara menjadi kurang atau tidak sempurna. Pada anak usia 2-3 tahun, masih wajar bila artikulasinya belum sempurna, kecuali bila kata-katanya sangat sulit ditangkap. Misalnya, kata "mata" diucapkan sebagai "aa"; "mobil" diucapkan "mbing". Bila artikulasi sangat tidak jelas, dan tidak juga membaik dengan bertambahnya usia anak, maka dibutuhkan pemeriksaan oleh dokter ahli THT, ahli saraf anak, terapis bicara.

Dengan penjelasan ini, saya berharap Bapak Lukman dapat terbantu untuk menangani Afiz.


Sumber : Tabloid Nakita

Tidak ada komentar: