Kebanyakan orang tidak menyangka bahwa anak-anak juga mengalami yang namanya depresi. Penelitan terbaru menunjukkan bahwa depresi klinis dialami oleh siapa saja tidak mengenal usia. Depresi – bahkan keinginan untuk bunuh diri – sama berpengaruhnya pada balita dan remaja seperti pada orang dewasa.
Saat seorang anak yang berumur 3 tahun terlihat murung, tidak ingin bermain bersama teman atau anggota keluarga yang lain serta tidak nafsu makan, mungkin anak ini mengalami yang namanya depresi.
o Menangis terus menerus dan kesedihan persisten
o Kurangnya antusiasme atau motivasi
o Meningkatnya kemarahan
o Kelelahan kronis atau kekurangan energi
o Menarik diri dari keluarga, teman dan aktivitas yang tadinya disukai
o Perubahan kebiasaan makan dan tidur (adanya kenaikan atau penurunan berat tubuh yang terlihat jelas, suka sekali tidur, sulit tidur)
o Keluhan yang sangat sering mengenai masalah fisik, seperti sakit perut atau pusing
o Kurangnya konsentrasi dan suka lupa
o Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan
o Sensitifitas berlebihan sampai penolakan atau kegagalan
o Perkembangan mayor yang tertunda (pada balita - tidak berjalan, berbicara atau mengekspresikan diri)
o Bermain yang melibatkan kekerasan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, atau dengan tema yang sedih
o Seringnya muncul pembicaraan mengenai kematian atau bunuh diri
Menurut Mental Health: A Report of the Surgeon General, anak-anak depresi mengalami episode depresi yang biasanya bertahan dari tujuh sampai sembilan bulan, meskipun beberapa ahli perkembangan anak yang mengatakan bahwa perilaku depresif yang bertahan lebih dari dua minggu memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Tapi bagaimana pun juga, paling baik adalah untuk membiarkan profesional di bagian kesehatan mental untuk memutuskannya.
Depresi bukanlah satu-satunya alasan adanya perilaku ‘nakal’ anak. Masalah fisiologis, seperti malnutrisi, mononucleosis, alergi dan penyakit lainnya dapat menimbulkan mood yang marah-marah, keletihan dan penarikan diri. Ini mengapa Rody menekankan bahwa orang tua harus membawa anak mereka kepada dokter keluarga terlebih dulu, sebelum membuat janji dengan seorang profesional kesehatan mental. Meskipun penyebab pasti dari depresi kanak-kanak tidak juga diketahui, penelitian depresi pada orang dewasa menyatakan bahwa tergantung pada predisposisi genetis dan pengaruh lingkungan. "Sebagian dari lingkungan dan genetik," kata Rody. “Bila dibandingkan antara depresi dengan penyakit jantung. Anda dapat memiliki sejarah sakit jantung di keluarga dan pada waktu yang sama Anda tidak menjaga pola hidup Anda. Keduanya mungkin menyebabkan Anda terkena serangan jantung. Depresi juga seperti itu, disebabkan oleh kombinasi kompleks dari berbagai factor”.
Anak-anak yang orang tua atau/dan saudaranya menderita depresi lebih mungkin mengembangkan simptom penyakit ini. Tidak mampu belajar (Learning disabilities), seperti tidak mampu berkonsentrasi/hiperaktif, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) dan disleksia juga berkontribusi pada timbulnya depresi kanak-kanak. Faktor lingkungan yang membuat anak-anak berisiko menderita gangguan depresi meliputi pelecehan fisik, seksual, dan verbal, anak yang terlantar dan adanya sejarah pemakaian obat-obatan dalam keluarga.
Perceraian serta kehilangan orang yang dicintai juga dapat menimbulkan emosi yang labil pada anak-anak, tapi tidak selalu merupakan penyebab depresi.
Perawatan bagi anak dan remaja yang menderita depresi termasuk kombinasi dari psikoterapi individu dan konseling keluarga. Supaya optimal, menurut Rody, terapi haruslah melibatkan orang tua, saudara dan orang yang penting dalam kehidupan sang anak, seperti guru dan kakek-nenek. Perawatan lainnya meliputi terapi bermain, evaluasi berkelanjutan dan pada beberapa kasus, menggunakan obat. Obat antidepresi seringkali digunakan untuk merawat kasus depresi menengah. Yang penting juga, belumlah diijinkan untuk memberikan obat antidepresi pada anak di bawah usia 8 tahun.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar