Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Perkataan disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- ("kesulitan untuk") dan λέξις lexis ("huruf" atau "leksikal"). Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa.
Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai "Alexia". Selain mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditenggarai juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah.
"Bila Anda disleksia, anak Anda berpeluang untuk mengalaminya 50 persen," ujar Dr John Rack dari lembaga Dyslexia Action, dikutip dari situs FemaleFirst.
Menurut John, diagnosa disleksia biasanya dilakukan pada usia 7-8 tahun. Namun, sebenarnya gejala disleksia bisa dilihat sejak usia 3-4 tahun.
Tanda-tanda disleksia pada usia pra sekolah antara lain:
· Suka mencampur adukkan kata-kata dan frasa
· Kesulitan mempelajari rima (pengulangan bunyi) dan ritme (irama)
· Sulit mengingat nama atau sebuah obyek
· Perkembangan kemampuan berbahasa yang terlambat
· Senang dibacakan buku, tapi tak tertarik pada huruf atau kata-kata
· Sulit untuk berpakaian
Adapun tanda-tanda disleksia di usia sekolah dasar:
· Sulit membaca dan mengeja
· Sering tertukar huruf dan angka
· Sulit mengingat alfabet atau mempelajari table
· Sulit mengerti tulisan yang ia baca
· Lambat dalam menulis
· Sulit konsentrasi
·
· Percaya diri yang rendah
· Masih tetap kesulitan dalam berpakaian
Bila seorang anak didiagnosa disleksia, ia harus mendapat dukungan ekstra di sekolahnya dari seorang guru spesialis. Biasanya ini bisa dilakukan dengan bantuan intens dalam pelajaran membaca dan menulis. Tetapi disleksia tak harus menghentikan anak-anak untuk terus belajar. Ia tak akan menimbulkan efek pada intelijensinya, karena otak mereka bekerja dengan cara yang berbeda. Bahkan beberapa penderita disleksia memiliki kreativitas yang tinggi, kemampuan berbicara yang baik, pemikir inovatif atau pencari solusi yang intuitif.
Adapun dukungan yang dapat dilakukan orang tua di rumah adalah:
· Bacakan buku dan bantu mereka saat hendak membaca buku sendiri
· Untuk usia pra sekolah, ajarkan rima, bermain game kata-kata dan puzzle juga akan membantu.
· Ajarkan dan latih bersama bagaimana mengenakan pakaian
· Jangan memfokuskan pada kelemahannya, dukung kegiatan yang disenangi
· Bantu untuk mengerjakan PR
· Tingkatkan kepercayaan diri mereka
· Berikan suplemen minyak ikan yang mengandung omega-3 dan Omega-6 sehingga dapat meningkatkan konsentrasinya saat membaca dan menulis
Penilaian Membaca
Membaca dinilai berdasarkan analisis, kefasihan dan pemahaman. Tes yang dapat digunakan untuk menilai fonologi anak adalah Comprehensive Test of Phonological (CTOPP). Tes ini mencakup kepekaan fonologik, analisa fonologik dan menghapal. Tes ini telah distandarisasi di Amerika Serikat untuk anak usia 5 tahun sampai dewasa.
Pada anak usia sekolah salah satu tes yang penting adalah menilai apakah anak tersebut dapat menganalisis kata. Tes yang digunakan adalah Woodcock-Johnson III dan Woodcock Reading Mastery Test. Kefasihan berbicara dinilai dengan Gary Oral Reading Test. Untuk menilai kecepatan membaca suatu kata digunakan Test of World Reading Efficiency (TOWRE).
Sebagai uji tapis bagi para dokter, disarankan untuk mendengarkan dengan seksama saat anak membaca yang sesuai dengan usianya.
Pemeriksaan Fisis dan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisis memiliki peran yang sangat terbatas dalam mendiagnosis disleksia. Gangguan sensori primer harus disingkirkan. Pemeriksaan neurologik pada penderita disleksia biasanya normal.
Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiologis, elektroensefalografi dan analisis kromosom hanya dilakukan jika terdapat indikasi klinis. Pada kasus tertentu, pemeriksaan genetik harus dilakukan jika terdapat indikasi klinis. Pada kasus tertentu, pemeriksaan genetik harus dilakukan mengingat terdapat kelainan genetik seperti sindrom Klinefelter yang berhubungan dengan kesulitan bahasa dan mambaca.
Sumber Referensi :
Darmawan, Indra. 2009. Bila Anak Disleksia. www.kosmo.vivanews
Disleksia pada Anak. www.balita-anda.com
1 komentar:
apkh akhirny nnti disleksia bisa mmbca, bsa dsmbuhkn g walau perlahan ..
Posting Komentar