Minggu, 06 Juni 2010

Pola Makan Sehat Bagi Seseorang yang Aktif


Seseorang yang memiliki jadwal padat sering kali lupa akan makan sehingga pola makannya pun menjadi tidak teratur.Berikut merupakan pola makan sehat yang dapat diterapkan :

Ø Mengonsumsi sayur

Makan makanan yang kaya akan serat dan buah dengan kandungan kolesterol rendah dapat mengurangi resiko kanker, seperti sayuran berdaun hijau, labu kuning, wortel, brokoli, tomat, bawang putih dan bawang bakung

Ø Kurangi lemak

Saran pengaturan diet adalah untuk menururnkan asupan jumlah lemak hingga 30% dari lemak. Sumber lemak adalah keju atau margarin, minyak goring, daging dan semua produk susu. Jika ingin memakai minyak, pakailah minyak zaitun. Jangan sama sekali menghindari lemak, karena lemak juga dibutuhkan oleh tubuh.


Pukul 06.00 Pagi

§ Biasakan untuk mengonsumsi secangkir susu hangat di pagi hari. Kandungan kalsium dan vitamin D pada susu terbukti dapat menangkal berbagai penyakit, termasuk osteoporosis.

§ Multivitamin atau suplemen memiliki manfaat cukup tinggi. Teratur mengonsumsinya setiap hari membuat tubuh tahan tehadap penyakit jantung dan kanker.

§ Sarapan dengan sereal bagus, karena kandungan seratnya tinggi, meski dikonsumsi dalam porsi kecil sekalipun.

§ Jika menderita nyeri lambung, sebelum beraktivitas baiknya minum obat maag yang bekerja untuk menetralisirkan kelebihan asam lambung sekaligus mengurangi produksi asam lambung.

§ Banyak minum air putih, karena kekurangan mineral dapat menyebabkan tubuh mudah letih, kurang konsentrasi dan sakit kepala.


Pukul 08.00 Pagi

Jangan lupa menyediakan makanan ringan seperti biskuit. Sebungkus camilan biskuit cukup efektif untuk menghindari perih lambung. Perut yang kosong terlalu lama, produksi asam lambung akan meningkat dan bias menimbulkan rasa perih, mulai dan nyeri pada ulu hati.


Pukul 12.00 Siang

Makan siang baik untuk memulihkan stamina dan menambah energi untuk melanjutkan aktivitas. Untuk menu makan siang sebaiknya memilih menu yang saraf gizi dan mengandung cukup karbohidrat, serat, protein dan lemak seperti nasi, daging, kentang, telur dan sayuran. Hindari makanan terlalu asam dan pedas.


Pukul 05.00 Sore

Roti gandum pilihan yang baik untuk mengisi perut. Selain dapat menahan rasa lapar, roti gandum juga memberi energi tambahan. Setelah itu lanjutkan dengan makan malam. Namun jangan pilih karbohidrat terlalu banyak karena akan meningkatkan kadar kolesterol.


Sumber : Majalah Wanita Kartini edisi 2261

Anak Gagap


Putra saya (2,7) mengalami gangguan bicara (gagap) dan baru berlangsung kurang lebih 2 minggu, sebelumnya tidak. Sekarang ia agak pendiam, saya takut akan merusak mentalnya. Memang kami mempunyai keturunan gagap, orang tua (Ayah) gagap, bapak mertua juga gagap. Ia sulit mengucapkan huruf konsonan, misalnya huruf t, k, b, p dan d kadang-kadang juga vocal a plus konsonan f. misalnya menyebut namanya Afiz. Sebelumnya lancar.

Mohon nasehat ibu Dra. Mayke Tedjasaputra, Psikolog pada Lembaga Psikologi Terapan-UI, apa usaha saya untuk menghilangkan gagap anak saya? Adakah terapi dari segi psikologis yang dpat membantu anak saya tersebut, mumpung ia masih kecil. Saya sangat mengharapkan penjelasan ibu, karena di Bengkulu jarang psikolog.


Atas perhatian Ibu, saya ucapkan terima kasih.


Lukman Hakim, Bengkulu



Bapak Lukman, sampai usia 3 tahun gagap masih terhitung wajar. Mengapa demikian? Karena dalam benak anak sudah ada berbagai kosa kata yang ingin ia ucapkan, namun dari segi kemampuan berbicara (mengekspresikan apa yang ada di dalam benaknya) masih terbatas. Sehingga pada waktu berbicara tersendat-sendat (misalnya, Af...Af..Afiz). Memang ada anak-anak yang sejak belajar berbicara, mampu menyatakan isi pikirannya dengan lancar, tetapi ada pula yang tidak. Bila sebelumnya Afiz lancar berbicara dan sekarang menjadi gagap, maka Bapak perlu memperhatikan, adakah kejadian buruk yang ia alami? Bila ya, maka bisa menjadi pertanda bahwa ia mengalami stres yang muncul dalam bentuk gagap. Gejala gagap sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai berat. Pada tingkatan yang berat, anak sangat sulit berbicara seakan-akan ia harus mengeluarkan begitu banyak tenaga sehingga otot leher dan wajahnya terlihat seperti tegang.

Untuk menangani gagap, Bapak perlu meneliti terlebih dahulu, adakah perlakuan tertentu atau perubahan suasana rumah yang mungkin saja membuatnya stres (tertekan). Misalnya, kelahiran adik, persaingan dengan saudara/teman, perlakuan keras/kasar dari anggota keluarga, pindah rumah, masuk sekolah, pertengkaran orang tua. Setelah Bapak mendapatkan penyebabnya, maka usahakan mengatasi sumber masalah. Bila ia berbicara dengan tergagap-gagap, tidak usah diingatkan atau dikomentari. Juga tidak usah menyuruh anak mengulangi apa yang seharusnya ia katakan, cukup Bapak (atau orang lain) yang berusaha mengulangi lagi apa yang disampaikan oleh anak. Selain itu, pada saat mengajaknya berbicara, bicaralah dengan tempo lambat dan dengarkan dengan sabar, apa yang dikemukakan oleh anak. Terapi untuk anak yang cukup parah gagapnya, bisa mencakup terapi psikologis (antara lain melalui terapi bermain) dan terapi bicara (speech therapy). Mengingat usia anak masih dini, Bapak juga dapat mengisi waktu luang di rumah dengan mengajaknya bermain. Sebab bermain seringkali mempunyai nilai teurapeutis. Syaratnya adalah anak menikmati kegiatan bermain yang dilakukan bersama ibu-ayahnya dan bukan karena dipaksa bermain.

Sebenarnya ada perbedaan antara gagap dan ketidakjelasan menyebut konsonan tertentu (gangguan artikulasi/gangguan fonologis) sehingga ucapan anak saat berbicara menjadi kurang atau tidak sempurna. Pada anak usia 2-3 tahun, masih wajar bila artikulasinya belum sempurna, kecuali bila kata-katanya sangat sulit ditangkap. Misalnya, kata "mata" diucapkan sebagai "aa"; "mobil" diucapkan "mbing". Bila artikulasi sangat tidak jelas, dan tidak juga membaik dengan bertambahnya usia anak, maka dibutuhkan pemeriksaan oleh dokter ahli THT, ahli saraf anak, terapis bicara.

Dengan penjelasan ini, saya berharap Bapak Lukman dapat terbantu untuk menangani Afiz.


Sumber : Tabloid Nakita

Contoh Kasus Gangguan Komunikasi


Seputar Indonesia, Lifestyle Kids


Wawancara dengan psikolog anak Ibu Woro Kurnianingrum, MPsi (Angel's Wing) oleh Koran Sindo, Kamis 1 Maret 2007

Sisca, 2, belum juga bisa mengeluarkan sepatah kata. Padahal anak seusianya sudah mulai terampil berbicara. Apakah dia mengalami keterlambatan bicara?


SEORANG anak mulai memperlihatkan keterampilan bicara pada usia 1,6 tahun–2 tahun. ”Walaupun artikulasi atau pengucapan kata-katanya belum jelas,”kata psikolog anak Woro Kurnianingrum dari Angel's Wing. ”Namun ada juga anak yang baru bisa bicara ketika berusia di atas 2 tahun,” katanya. Ketika ada anak belum bisa bicara saat menginjak usia dua tahun, orangtua boleh khawatir, tapi jangan panik. Orangtua dapat mulai mencari-cari tahu apa penyebabnya?

Tapi, jangan cepat mengambil kesimpulan bahwa anaknya mengalami keterlambatan bicara atau speech delay. Setiap anak berbeda-beda tahapan perkembangannya. Jadi, mungkin saja ada anak yang di usia dua tahun lancar bicara, tapi ada anak yang bicaranya masih belum jelas di usia yang sama. Woro mengungkapkan, dalam berbahasa ada yang dinamakan reseptif dan ekspresif.


Reseptif adalah kemampuan si anak untuk memahami apa yang diucapkan orang lain. Sementara ekspresif adalah kemampuan si anak mengekspresikan pikirannya dengan berbicara. Bagaimana mengetahui kemampuan reseptif anak? Sebagai contoh, ketika orangtua memberikan perintah kepada anaknya agar mengambilkan gelas, mampukah si anak memahami perintah tersebut?


Bila ternyata anak mampu memahami, berarti kemampuan reseptif anak tidak bermasalah. Pengecekan selanjutnya adalah pada kemampuan ekspresif. Kalaupun belum baik, bisa saja memang tahapannya baru sebatas kemampuan reseptif yang baik. Sering kali orang menganggap anak terlambat bicara tanpa mengetahui faktor reseptif dan ekspresif tadi. Anak yang mengalami keterlambatan bicara biasanya memiliki kendala pada faktor reseptif.


”Kita bisa memberikan latihan- latihan dengan menstimulasi anak agar dapat memahami dan melafalkan ucapan. Misalkan, mama atau papa. Apakah dia bisa mengulanginya,” kata Woro. Kalau ternyata si anak tidak bisa mengeluarkan suara sama sekali, padahal dia sudah menginjak usia dua tahun. Orangtua boleh khawatir dan mencari-cari tahu.Dengan cara mengecek kondisi fisik berkaitan dengan aspek reseptif.


Apakah ada masalah dengan pendengaran atau pita suaranya. Bila ternyata si anak bisa menirukan lafal /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/, itu artinya tidak ada masalah dengan kemampuan berbicara anak. Bila berjalan hingga usia tiga tahun belum juga bisa bicara, tapi dia memahami pembicaraan orang lain, orangtua dapat berkonsultasi kepada ahlinya. Seperti ke dokter anak untuk mengetahui kondisi fisik anak atau ke psikolog untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam perkembangan psikologisnya. Bisa juga mendatangi ke pusat terapi wicara untuk melakukan stimulasi dan terapi.


Pakar perkembangan anak Dr Miriam Stoppard mengatakan, tahapan perkembangan kemampuan bicara dan berbahasa dapat dibagi dalam dua fase, yakni usia perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa, sejak bayi usia 0–8 minggu. ”Pada masa perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa, seorang bayi akan mendengarkan dan mencoba mengikuti suara yang didengarnya,” katanya. Tidak hanya itu, sejak lahir dia sudah belajar mengamati dan mengikuti gerak tubuh serta ekspresi wajah orang yang dilihatnya dari jarak tertentu.

Meski masih bayi,seorang anak mampu memahami dan merasakan adanya komunikasi dua arah dengan memberikan respons lewat gerak tubuh dan suara. Sejak usia dua minggu pertama, dia mulai terlibat dengan percakapan, dan pada minggu ke-6 ia akan mengenali suara sang ibu, dan pada usia 8 minggu, ia mulai mampu memberikan respons terhadap suara yang dikenalinya. Kemudian, tahapan selanjutnya adalah perkembangan kemampuan berbicara dan bahasa.


Tidak lama setelah seorang bayi tersenyum, ia mulai belajar mengekspresikan dirinya melalui suara-suara yang sangat lucu dan sederhana, seperti /eh/, /ah/, /uh/, /oh/ dan tidak lama kemudian ia akan mulai mengucapkan konsonan seperti /m/, /p/, /b/, /j/ dan /k/. Pada usia 12 minggu, seorang bayi sudah mulai terlibat pada percakapan ”tunggal”dengan menyuarakan /gaga/, /ah goo/, dan pada usia 16 minggu, ia makin mampu mengeluarkan suara seperti tertawa atau teriakan riang, dan babbling. Pada usia 24 minggu, seorang bayi akan mulai bisa menyuarakan /ma/, /ka/, /da/ dan sejenisnya.Sebenarnya banyak tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seorang anak sudah mulai memahami apa yang orangtuanya atau orang lain katakan. (nuriwan trihendrawan).