Rabu, 28 Oktober 2009

Self-nya Carl Rogers


Konsep diri mulai terbentuk dari masa balita ketika potongan-potongan pengalaman membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan identitas dirinya, begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah terbentuk maka aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan sang diri sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran sehingga kcenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman organik individual, sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran dan ketidaksadaran, psikis serta kognitif.

Diri dibagi atas 2 subsistem, yaitu:

v Kosep diri, yaitu penggabungan seluruh aspek keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individual (meski tidak terlalu akurat).

v Diri ideal, yaitu cita-cita seseorang akan diri. Terjadinya kesenjangan antara akan menyebabkan ketidakseimbangan dari kepribadian menjadi tidak sehat mempengaruhi self.


Penerimaan Positif (Positive Regard)

Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang apakah dia kan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak itu dalam masa kecil. Pada waktu diri itu mulai berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini “Penghargaan Positif” (Positive Regard).

Orang akan merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang lain. Regard positif, suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimilki semua manusia ; setiap anak terdorong untuk mencari Positif Regard. Akan tetapi, tidak setiap anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menrima kasih saying, cinta, dan persetujuan dari orang – orang lain, tetapi dai kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih saying. Apakah anak itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan Positive Regard ini dipuaskan dengan baik


Sumber Referensi :

www.scribd.com/doc/12507626/tokoh.psikologi

Schultz, Duane.1991. Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kansius

Orang yang Berfungsi Sepenuhnya Menurut Carl Rogers


Kepribadian yang sehat menurut Carl Rogers adalah kepribadian bukan merupakan kesadaran dari ada, melainkan melalui suatu proses, suatu arah bukan suatu tujuan. Aktualisasi – diri berlangsung terus ; tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Tujjuan ini, yakni orientasi ke masa depan, menarik individu ke depan, yang selanjutnya mendiferensiasikan dan mengembangkan segala segi dari diri. Kemudian, Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya.


· Keterbukaan Pada Pengalaman

Keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar disampaikan ke sistem syaraf organisme tanpa ditrosi atau rintangan. Seseorang yang seperti itu mengetahui segala sesuatu tentang kodratnya ; tidak ada segi kepribadian tertutup. Itu berarti bahwa kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan ungkapan baru. Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang beroperasi menurut syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di belakang peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui pengalaman-pengalaman tertentu.

Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif.


· Kehidupan Eksistensial

Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru, seperti sebelumnya belum pernah ada dalam cara yang persis sama. Maka dari itu, ada kegembiraan karena setiap pengalaman tersingkap. Karena orang yang sehat terbuka kepada semua pengalaman, maka diri atau kepribadian terus-menerus dipengaruhi atau disegarkan oleh setiap pengalaman.

Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat menyesuaikan diri karena struktur-diri terus-menerus terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru. Kepribadian yang demikian itu tidak kaku atau tidak dapat diramalkan. Rogers percaya bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman momen yang berikutnya.


· Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri

Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-impuls yang timbul seketika dan intuitif. Dalam tingkah laku yang demikian itu terdapat banyak spontanitas dan kebebasan, tetapi tidak sama dengan bertindak terburu-buru atau sama sekali tidak memperhatikan konsekuensi-konsekuensinya

Orang yang sehat sepenuhnya pada pengalaman, maka dia memiliki jalan masuk untuk seluruh informasi yang ada dalam suatu situasi membuat keputusan. Informasi ini berisi kebutuhan-kebutuhan orang itu, tuntutan-tuntutan sosial yang relevan, ingatan-ingatan terhadap situasi-situasi yang serupa pada masa lampau dan persepsi terhadap situasi sekarang, karena terbuka kepada semua pengalaman serta menghidupkan pengalaman-pengalaman sepenuhnya, maka individu yang sehat dapat membiarkan seluruh organisme mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi. Semua faktor yang relevan diperhitungkan dan dipertimbangkan serta dicapai keputusan yang akan memuaskan semua segi situasi dengan sangat baik.

Rogers membandingkan kepribadian yang sehat dengan sebuah komputer elektronik dimana semua data yang relevan telah diprogramkan kedalamnya. Komputer itu mempertimbangkan semua segi masalah, semua pilihan dan pengaruh-pengaruhnya, dan dengan cepat menentukan tindakan.


· Perasaan Bebas

Rogers percaya bahwa semakin sehat seseorang secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang berfungsi sepenuhnya memilk\iki perasaan berkuasa secara pribadi menganai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau, karena merasa bebas dan berkuasa ini maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya.


· Kreativitas

Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif. Mengingat sifat-sifat lain yang mereka miliki sukar untuk melihat bagaimana seandainya kalau mereka tidak demikian. Oarng-orang yang terbuka sepenuhnya kepada semua pengalaman, yang percaya akan organisme mereka sendiri – sebagaimana dikemukakan Rogers – yang akan mengungkapkan diri mereka dalam produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang kreatif dalam semua bidang kehidupan mereka. Mereka bertingkah laku spontan, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam sekitar mereka.

Orang-orang yang kreatif dan spontan tidak terkenal karena konformalitas atau penyesuaian diri yang pasif terhadap tekanan-tekanan sosial dan kultural. Mereka kurang bersikap defensif, maka mereka tidak menghiraukan kemungkinan tingkah laku mereka diterima dengan baik oleh orang-orang lain. Akan tetapi, mereka dapat dan kerapkali benar-benar menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari situasi khusus apabila konformitas yang demikian itu akan membantu memuaskan kebutuhan mereka dan memungkinkan mereka mengembangkan diri mereka sampai ke tingkat yang paling penuh.

Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastic dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menggulangi perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti dalam pertempuran atau bencana-bencana alamiah. Jadi, Rogers melihat orang-orang yang berfungsi sepenuhnya merupakan “barisan depan yang layak” dalam proses evolusi manusia.


Sumber Referensi :

Schultz, Duane.1991. Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kansius

Senin, 26 Oktober 2009

Ciri Kepribadian yang Matang Oleh Gordon Allport


Saat ini teori-teori Allport (tentang kepribadian yang sehat) tetap relevan. Berikut adalah tujuh kriteria dari Allport tentang sifat-sifat khusus kepribadian yang sehat:

1. Perluasan Perasaan Diri, ketika seseorang menjadi matang, ia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Tidak cukup sekadar berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri. Lebih dari itu, ia harus memiliki partisipasi yang langsung dan penuh, yang oleh Allport disebut "partisipasi otentik". Dalam pandangan Allport, aktivitas yang dilakukan harus cocok dan penting, atau sungguh berarti bagi orang tersebut. Jika menurut kita pekerjaan itu penting, mengerjakan pekerjaan itu sebaik-baiknya akan membuat kita merasa enak, dan berarti kita menjadi partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Hal ini akan memberikan kepuasan bagi diri kita. Orang yang semakin terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas, orang, atau ide, ia lebih sehat secara psikologis. Hal ini berlaku bukan hanya untuk pekerjaan, melainkan juga hubungan dengan keluarga dan teman, kegemaran, dan keanggotaan dalam politik, agama, dan sebagainya.

2. Relasi Sosial yang Hangat, Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang lain, yaitu kapasitas untuk mengembangkan keintiman dan untuk merasa terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu mengembangkan relasi intim dengan orangtua, anak, pasangan, dan sahabat. Ini merupakan hasil dari perasaan perluasan diri dan perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik. Ada perbedaan hubungan cinta antara orang yang neurotis (tidak matang) dan yang berkepribadian sehat (matang). Orang-orang neurotis harus menerima cinta lebih banyak daripada yang mampu diberikannya kepada orang lain. Bila mereka memberikan cinta, itu diberikan dengan syarat-syarat. Padahal, cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.

Jenis kehangatan yang lain, yaitu perasaan terharu, merupakan hasil pemahaman terhadap kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan, penderitaan, ketakutan, dan kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Hasil dari empati semacam ini adalah kesabaran terhadap tingkah laku orang lain dan tidak cenderung mengadili atau menghukum. Orang sehat dapat menerima kelemahan manusia, dan mengetahui dirinya juga memiliki kelemahan. Sebaliknya, orang neurotis tidak mampu bersabar dan memahami sifat universal pengalaman-pengalaman dasar manusia.

3. Keamanan Emosional, Kualitas utama manusia sehat adalah penerimaan diri. Mereka menerima semua segi keberadaan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak menyerah secara pasif terhadap kelemahan tersebut. Selain itu, kepribadian yang sehat tidak tertawan oleh emosi-emosi mereka, dan tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Mereka dapat mengendalikan emosi, sehingga tidak mengganggu hubungan antarpribadi. Pengendaliannya tidak dengan cara ditekan, tetapi diarahkan ke dalam saluran yang lebih konstruktif.

Kualitas lain dari kepribadian sehat adalah "sabar terhadap kekecewaan". Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan hambatan atas berbagai keinginan atau kehendak. Mereka mampu memikirkan cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama. Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan tak aman dan ketakutan. Namun, mereka tidak terlalu merasa terancam dan dapat menanggulangi perasaan tersebut secara lebih baik daripada kaum neurotis.

4. Persepsi Realistis, Orang-orang sehat memandang dunia secara objektif. Sebaliknya, orang-orang neurotis kerapkali memahami realitas disesuaikan dengan keinginan, kebutuhan, dan ketakutan mereka sendiri. Orang sehat tidak meyakini bahwa orang lain atau situasi yang dihadapi itu jahat atau baik menurut prasangka pribadi. Mereka memahami realitas sebagaimana adanya.

5. Keterampilan dan Tugas, Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri di dalam pekerjaan tersebut. Kita perlu memiliki keterampilan yang relevan dengan pekerjaan kita, dan lebih dari itu harus menggunakan keterampilan itu secara ikhlas dan penuh antusiasme. Komitmen pada orang sehat atau matang begitu kuat, sehingga sanggup menenggelamkan semua pertahanan ego. Dedikasi terhadap pekerjaan berhubungan dengan rasa tanggung jawab dan kelangsungan hidup yang positif. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis tanpa melakukan pekerjaan penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan.

6. Pemahaman Diri, Memahami diri sendiri merupakan suatu tugas yang sulit. Ini memerlukan usaha memahami diri sendiri sepanjang kehidupan secara objektif. Untuk mencapai pemahaman diri yang memadai dituntut pemahaman tentang dirinya menurut keadaan sesungguhnya. Jika gambaran diri yang dipahami semakin dekat dengan keadaan sesungguhnya, individu tersebut semakin matang. Demikian juga apa yang dipikirkan seseorang tentang dirinya, bila semakin dekat (sama) dengan yang dipikirkan orang-orang lain tentang dirinya, berarti ia semakin matang. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang lain dalam merumuskan gambaran diri yang objektif. Orang yang memiliki objektivitas teradap diri tak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya kepada orang lain (seolah orang lain negatif). Ia dapat menilai orang lain dengan seksama, dan biasanya ia diterima dengan baik oleh orang lain. Ia juga mampu menertawakan diri sendiri melalui humor yang sehat.

7. Filsafat Hidup, Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi kehidupannya. Allport menyebut dorongan-dorongan tersebut sebagai keteraraha (directness).

Keterarahan itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu atau serangkaian tujuan, serta memberikan alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan yang bermakna. Tanpa itu mungkin kita mengalami masalah kepribadian.

Kerangka dari tujuan-tujuan itu adalah nilai, yang bersama dengan tujuan sangat penting dalam rangka mengembangkan filsafat hidup. Memiliki nilai-nilai yang kuat merupakan salah satu ciri orang matang. Orang-orang neurotis tidak memiliki nilai atau memiliki nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang tidak cukup kuat untuk mempersatukan semua segi kehidupan.

Suara hati berperan dalam menentukan filsafat hidup. Allport mengemukakan perbedaan antara suara hati yang matang dengan suara hati tidak matang. Yang tidak matang, suara hatinya seperti pada kanak-kanak: patuh dan membudak, penuh larangan dan batasan, bercirikan perasaan "harus". Orang yang tidak matang berkata, "Saya harus bertingkah laku begini." Sebaliknya, orang yang matang berkata, "Saya sebaiknya bertingkah laku begini." Suara hati yang matang adalah perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis.



Sumber Referensi:

M.M. Nilam Widyarini, MSi, dalam jurnal http://www.kompas.com/read/xml/2008/01/10/20084435/kepribadian.yang.matang

Tingkat Perkembangan Proprium Gordon Allport


Allport, psikolog As merasa bahwa fungsi oportunistik relative tidak penting untuk memahami sebagian besar perilaku manusia. Ia percaya, sebagian besar perilaku manusia yaitu dimotivasi dari sesuatu hal yang berbeda – berfungsi dengan cara yang ekspresif dari diri - yang kemudian Allport sebut sebagai Propriate Berfungsi. Sebagian besar apa yang kita laukan dalam hidup adalah masalah menjadi siapa diri kita. Propriate berfungsi dapat dicirikan sebagai proaktif, berorientasi pada masa depan, dan psikologis.


Propriate berasal dari kata Proprium, yang Allport namakan untuk konsep diri sendiri. Pengambilan penekanan pada diri atau proprium begitu banyak, kemudian Ia ingin mendefinisikan hal itu secermat mungkin. Ia melakukan pendekatan dari dua arha, yaitu fenomenologis dan fungsional. Definisi fenomenologis, yaitu seperti yang dialami diri sendiri: Ia menyarankan bahwa diri terdiri dari aspek dari apa yang dilihat sebagai yang paling penting (sebagai lawan dari kebetulan atau disengaja), hangat (atau "berharga," sebagai lawan dari emosional ), dan pusat (sebagai lawan perifer). Sedangkan, Definisi fungsionlnya menjadi teori perkembangan dengan sendirinya. Diri memiliki tujuh fungsi, yang cenderung muncul pada waktu-waktu tertentu dalam kehidupan seseorang:

1. Sense of body - Rasa tubuh berkembang dalam dua tahun pertama kehidupan. Kita merasakan kedekatan, dan kehangatan. Ini memiliki batas-batas antara yang sakit dan cedera, sentuhan dan gerakan, yang kemudian membuat kita sadar.

2. Self identity - Identitas diri juga berkembang dalam dua tahun pertama. Kita Akan tiba pada titik itu yaitu mengenali diri kita lebih lanjut, saat masa lalu, sekarang, dan masa depan. Kita melihat diri kita sebagai entitas individu, terpisah dan berbeda dari orang lain.

3. Self-esteem - Self-esteem berkembang antara dua dan empat tahun. Ada juga saatnya ketika kita mengakui bahwa kita mempunyai nilai, untuk orang lain dan kepada diri kita sendiri. Hal ini terutama terkait dengan pembangunan berkelanjutan kompetensi yang ada pada kita.

4. Self-extension - Self-ekstensi berkembang antara empat dan enam tahun . Beberapa hal, orang, dan peristiwa di sekitar kita yang datang dianggap sebagai pusat dan hangat, sangat penting bagi keberadaan saya. Beberapa orang mendefinisikan diri mereka dalam hal orangtua mereka, pasangan, atau anak-anak, geng, komunitas, perguruan tinggi, atau bangsa. Beberapa orang menemukan identitas mereka dalam kegiatan-kegiatan:

5. Self-image - Citra diri juga berkembang antara empat dan enam tahun. Ini adalah "cermin diri," saya seperti orang lain yang saya lihat . Ini adalah kesan saya buat pada orang lain, saya "lihat," saya harga diri atau status sosial, termasuk seksual identitas. Ini adalah awal dari apa yang orang lain sebut sebagai hati nurani, diri ideal, dan personal.

6. Rational coping - Rasional mengatasi dipelajari terutama pada tahun-tahun dari enam hingga dua belas tahun. Si anak mulai mengembangkan kemampuannya untuk menangani masalah-masalah hidup secara rasional dan efektif. Hal ini seperti Teori Psikososial Erikson yaitu "industri."

7. Propriate striving - Propriate berjuang biasanya tidak dimulai hingga setelah dua belas tahun. Ini adalah diri saya sebagai tujuan, ideal, rencana, panggilan, pemanggilan, sebuah arah baru, rasa tujuan. Propriate Puncak dari perjuangan, menurut Allport, adalah kemampuan untuk mengatakan bahwa saya adalah pemilik hidupku - yaitu pemilik dan operator


Sumber Referensi :

Terjemahan google, dalam http://webspace.ship.edu/cgboer/allport.html

Minggu, 25 Oktober 2009

Manusia Oleh Gordon Willard Allport

Menurut Allport, manusia adalah berorientasi tujuan, proaktif dan termotivasi oleh berbagai kekuatan yang sebagian besar berada dalam kesadaran. Seseorang memiliki potensi untuk mempelajari pola perilaku – perilaku baru dan tumbuh selama periode kehidupan mereka. Allport melakukan pendekatan untuk mempelajari keunikan kepribadian individu. Dia percaya bahwa individu yang satu berbeda dengan individu yang lainnya. Organisasi dinamis dalam seseorang yang terdiri dari sistem-sistem psikofisis yang menentukan keunikan penyesuaian dirinya dengan lingkungan.

Dalam pencarian definisi kepribadiannya Allport dengan hati-hati menyadari istilah karakter dan temperamen.

  • Karakter (watak) adalah segi kepribadian yang dinilai. Seseorang sering dinilai memiliki karakter baik atau buruk.
  • Temperamen adalah disposisi yang erat kaitannya dengan faktor biologis atau fisik. Dalam hal ini hereditas memainkan peranan penting dan bersama intelegensi dan fisik membentik kepribadian.

Sifat - Sifat dan Disposisi - Disposisi Personal :

Sifat adalah Kecenderenungan untuk berespons dengan cara tertentu ; tendensi neuropsiki. Sifat bukanlah bentukan konsep abstrak lewat sebuah pengamatan melainkan kenyataan objektif. Selain itu sifat juga bukanlah sekedar eksistensi nominal. Ada 2 pembedaan sifat, yaitu :

  • Sifat umum : ciri-ciri (sifat) yang terdapat pada banyak orang.
  • Disposisi Personal: keunikan-kekhususan (sifat) pada individu

Sifat tidak hanya membimbing suatu tingkah laku tapi juga memulai tingkah laku dan dalam beberapa hal memerankan peran memotivasi yang penting


Sumber Referensi:

Anang Pamangsah, http://pamangsah.blogspot.com/2009/05/keunikan-pribadi-gordon-allport.html

Jumat, 16 Oktober 2009

Ada Sisingaan Dirumahku


Tahukah kamu diatas gambar apa??


Itu adalah gambar Sisingaan. Sisingaan yaitu suatu kebudayaan Jawa Barat yang akhir – akhir ini udah jarang ada,loh. Tapi, beruntungnya waktu hari selasa kemarin saya melihat kesenian itu (beruntunglah bagi saya yang daerah rumahnya diperkampungan). Saat itu, saya sedang bersama kakak saya dan anaknya, duduk didepan rumah sambil menikmati suasana sore hari. Tiba – tiba, sayup – sayup terdengar suara lagu sunda gitu dan langsung saja saya dan kakak saya menjudge bahwa itu backsound dari odong – odong (seperti itulah biasanya orang – orang disekitar daerah rumah kami menyebut Sisingaan). Lumayan udah lama sih kami tidak melihat sisingaan tersebut, kecuali kalau lagi ada yang punya hajat sunatan aja baru bisa lihat itupun tidak semua orang yang punya hajat sunatan mengundang Sisingaan.


Ada beberapa orang yang tinggi berjalan (pakai bambu sekitar 2 meter). Mereka hanya menggerak – gerakan tangan mereka (iyaa ..iyalah ..bayangin aja kalau meliukliukan badannya ..wuiihhh, mungkin bisa jatuh kali iyaa ..hehe), kemudian ada 12 orang yang menggotong singa (sisingaan) yang terbagi atas 3 sisingaan. Mereka menari – nari mengikuti alunan musik dan suara sinden – sinden. Mereka terlihat sangat kompak (sudah terbiasa mungkin iya ..). Walaupun hanya lewat didepan rumah dan tidak sampai 10 menit, saya, kakak saya dan warga yang lain melihat cukup mersa terhibur.


Semoga Kesenian ini selalu tetap ada sampai naaaannttiiii dan tidak diklaim oleh negara tetangga. Amien


Sumber Gambar :

http://www.pasundan.info/video/sisingaan-gotong-singa.html

Selasa, 13 Oktober 2009

Keadaan yang Membuat Mereka Seperti itu ..


Saya memilki 2 orang tetangga. Yang satu seorang laki – laki yang berumur antara 23 atau 24 tahun, dan yang satunya lagi seorang wanita yang sudah berumur antara 35 – 40 tahun. Kedua tetangga saya itu mempunyai 2 kesamaan yaitu sama – sama mengalami tekanan psikologis yang bisa dibilang tidak ringan. Kalau menurut saya seperti orang yang sedang depresi namun masih taraf rendah. Keduanya terkadang suka berbicara sendiri yang seolah – olah mempunyai teman khayalan. Mereka suka melampiaskan segala sesuatunya sendiri (ngomong, marah – marah atau menggerutu).


Ada suatu kejadian, sudah lumayan cukup lama. Tetangga saya yang wanita itu pulang kerumahnya saat malam sudah larut (sekitar jam 2 – 3 malam). Kebetulan jalan pulang kerumahnya melewati rumah saya. Saat itu, tiba – tiba saya mendengar ada orang yang berteriak – teriak melantunkan ayat kursi, saya takut langsung saja membangunkan ibu saya (kebetulan saat itu saya sedang tidur dengan ibu). Truz ibu bilang, itu adalah suara tetangga wanita saya tadi. Kemudian saya berpikir sejenak ternyata walaupun dia suka berbicara sendiri, tetapi yang namanya manusia tetap saja memilki perasaan takut, dan hebatnya lagi dia hafal bacaan ayat kursi.


Ternyata dulu tetangga wanita saya itu adalah seorang wanita kaya raya. Selain kaya raya dia pun bisa membaca bacaan Al – Quran dengan fasih. Kemudian dia menikah, namun tidak lama dari pernkahannya, suaminya itu membawa kekayaan tetangga wanita saya, dan tidak lama dari kejadian itu kedua, kedua orang tua dari tetangga saya itu meninggal (tidak begitu saya mengerti meninggal karena apa). Dari kedua kejadian inilah, kemudian psikis dari tetangga wanita saya itu mengalami goncangan hingga saat ini.


Sedangkan tetangga saya yang laki – laki, seperti itu karena berhenti kerja kemudian mengganggur walaupun telah melamar di banyak perusahaan yang pada akhirnya dia hanya tinggal dirumah. Selalu banyak tekanan yang ia alami terutama dari sang ibu. Si Ibu selalu tidak merasa puas atas apa yang anaknya lakukan (karena saat ini ia membantu si Ibu di warung makan mereka), selalu ada celah untuk menyalahkannya. Padahal, tekanan – tekanan inilah yang membuatnya semakin terdesak pada prinsip ..ngga ada gunanya gue sebagai manusia. Badannya pun sekarang kurus dan jarang sekali saya melihat ia pergi ke masjid untuk shalat 5 waktu, padahal sebelumnya dia sangat rajin kesana.


Kesimpulan :

Apapun kejadian yang dialami seseorang, justru keluarga atau orang – orang terdekatlah yang seharusnya memberi dukungan besar lebih dari siapapun, karena dengan begitu ia akan merasa kejadian yang ia alami tidak hanya dirasakan sendiri, namun ada orang lain yang juga ikut merasakannya seberat apapun itu.

Senin, 12 Oktober 2009

Teror Gempa Kepada Para Calon Korban Gempa


Belum selesai kesedihan masyarakat Indonesia atas terjadinya gempa di Tasyikmalaya dan sekitarnya yang berkekuatan 7,3 SR. Kini sudah harus kembali terenyuh atas kejadian gempa yang menghancurkan Sumatera Barat (Padang dan sekitarnya pada tanggal 30 september 2009). Gempa yang berkekuatan 7.9 SR itu memakan korban jiwa yang tidak sedikit, kurang lebih korban meninggal mencapai 1000 orang karena puluhan korban hilang masih banyak yang belum ditemukan. Sebenarnya gempa terjadi akibat adanya pergeseran lempengan bumi yang akhirnya mempengaruhi pergerakan permukaan bumi, dan biasanya bila terjadi gempa yang besar (6 SR keatas) ada kemungkinan untuk terjadinya tsunami.


Kini masyarakat Indonesia sedang dihantui perasaan takut dan was – was, karena pihak BMKG telah mengatakan akan terjadi gempa susulan yang lebih besar dibandingkan Padang dan sekitarnya itu. Besarnya gempa dapat mencapai diatas 9 koma SR. Salah satu daerah yang diprediksi akan terjadinya gempa yang lebih besar yaitu di ujung Sumatera. Memang belum pasti gempa tersebut terjadi di propinsi mana, namun saat kemarin saya melihat tayangan disalah satu stasiun televisi swasta mengatakan gempa akan terjadi di Lampung, karena letaknya yang berada di ujung Sumatera. Masyarakat dikota ini menjadi cemas dan takut bila gempa benar – benar terjadi. Mereka jadi takut untuk tinggal didalam rumah karena khawatir akan runtuhnya rumah mereka. Selain itu, ada beberapa sekolah yang menghentikan aktivitas belajar mengajar mereka sehingga anak – anak hanya dapat belajar dirumah.


Sebenarnya prediksi gempa ini merupakan hal antisipasi yang cukup baik untuk masyarakat lampung khususnya dan masyarakat di seluruh Indonesia umumnya agar selalu berhati – hati. Namun, bila prediksi tersebut menjadi suatu terror untuk mereka mengapa prediksi ini harus diberitahukan ke khalayak umum?


Tidak ada yang bisa diperbuat oleh manusia kecuali berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa agar senantiasa dilindungi dan terhindar dari marabahaya. Selain itu, masyarakat hendaknya memperhatikan penyelamatan diri pada saat terjadinya gempa bukan lari atau menuruni tangga. Sebaiknya lindungi diri dibawah benda yang memiliki kekuatan untuk menahan reruntuhan bangunan tsb (meja, atau dibawah depan pintu misalnya).


Referensi Gambar :

http://www.republika.co.id/berita/80642/1_240_Tempat_Ibadah_Rusak_karena_Gempa

Minggu, 11 Oktober 2009

Kecanduan Rokok




Kecanduan ngga mesti sama narkoba atau minuman terlarang aja loh, rokok juga bisa. Rokok adalah sesuatu hal yang menurut saya tidak penting. Mengapa saya berkata seperti itu?? Karena kandungan – kandungan yang terdapat didalamnya hanya bisa menghancurkan tubuh seseorang. Hanya dengan menghisap asapnya saja yang berarti kita menjadi perokok pasif, sudah menimbulkan efek yang berbahaya. Banyak penyakit yang antre untuk masuk ke tubuh kita. Selain itu, sayang juga kan kalau harus membuang – buang uang jika akhirnya dibakar – bakar juga.


Benar kan?? Gambar ini nunjukin kalau kandungan – kandungan yang ada di dalam rokok itu bahan – bahan yang ngga seharusnya masuk ke dalam tubuh manusia. Dari bahan – bahan yang ada, semuanya adalah bahan – bahan yang menurut saya nyeremin banget kalau seandainya ada sedikit aja masuk ke tubuh saya. Iya, walaupun ada sih sedikit manfaat dari rokok yaitu perusahan yang memperkerjakan karyawan yang berasal dari masyarakat kelas bawah sampai menengah. Dan ngga kebayang juga kalau misalnya perusahan tersebut ditutup akibat adanya larangan merokok. Tapi, ngga ada salahnya kan kalau seseorang yang sudah kecanduan rokok mengurangi penghisapan rokok setiap harinya untuk mengurangi racun yang terlanjur masuk kedalam tubuhnya.

Saya punya teman yang benar – benar sudah kecanduan dengan yang namanya Rokok


E : “Dari kapan sih kamu mulai merokok? Dan mulai merokok gara – gara apa?”

F : “Umur 12 tahun. Mulai merokok karena teman main dan rasa pingin tau, rokok itu rasa dan kenikmatannya kayak apa”

E : “Terus pernah ketahuan ngga sama orang tua? Kalau ketahuan tanggapan mereka apa? “

F : “Pernah ketahuan, tapi mereka diem aja, ngga ngmong apa – apa “

E : “Kira – kira awal merokok itu menghabiskan berapa batang iya? “

F : “Ngga tentu, kadang – kadang 1 batang atau bisa juga 6 batang sehari, tapi pernah juga ngga ngerokok sama sekali “

E : “Oowwhh, gtu ..kalau sekarang bisa ngabisin berapa batang “

F : “Minimal sih sebungkus sehari “

E : “Wah, banyak juga iya ..oia, kan kamu tau kalau ngerokok ntu ngga baik buat kesehatan, kenapa masih merokok?? Motivasi kamu ngerokok itu apa sih? “

F : “Sebenarnya ngerokok itu cuma sebagai pelampiasan emosi aja, penenang lah istilahnya “

E : “Rasanya apa kalau sehari aja ngga ngerokok “

F : “Rasanya ada yang ilang aja, ngga enak deh pokoknya “

E : “Pernah kepikiran ngga buat ngga ngerokok lagi? Minimal ngurangin jatah batang setiap harinya “

F : “Pernah, tapi abiez itu ngga bisa, karena itu tadi rasanya ada yang ilang“


Saya pernah baca suatu artikel tentang Terapi SEFT (Spiritual, Emotional, Freedom, Technique). Terapi ini cara untuk menghentikan merokok. Cara dari terapi ini yaitu mengetuk ringan dengan 2 ujung jari atau disebut tapping di bagian tubuh tertentu. Saya juga ngga begitu mengerti gimana caranya. Saya baca d

http://www.kompas.com/read/xml/2008/05/31/15554321/stop.rokok.dengan.terapi.seft. Harapan saya sih semoga banyak orang yang kecanduan merokok menjadi sadar dan berusaha untuk tidak merokok lagi. Lumayan juga kan ngurangin polusi asap rokok.


Sumber referensi gambar :

http://youthcare.files.wordpress.com/2008/08/bastianus-aj.jpg

Kamis, 08 Oktober 2009

Perbedaan Aliran Psikoanalisa, Behaviorisme, dan Humanistik


Aliran Psikoanalisa

Psikoanalisa merupakan salah satu aliran psikologi yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud sebagai tokoh utama yang mengembangkan teori ini. Psikoanalisis merupakan satu pandangan baru tentang manusia, dimana ketidaksadaran memainkan peran sentral. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-pasien histeria. Kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuannya di bidang praktis. Dari hasil penelitian yang dilakukannya kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia.

Teori Kepribadian

Freud mengembangkan sejumlah teori kepribadian yang teori-teori tersebut memiliki relvansi dengan proses konseling psikoanalisis, diantara teori-tersebut adalah Topografi Kepribadian. Teori ini menjelaskan tentang kepribadian manusia yang terdiri dari sub-subsistem, bagi pencetus teori ini (Freud) kepribadian itu berhubungan dengan alam kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu:

ü Alam Sadar (conscious/Cs) adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.

ü Alam Prasadar (preconcious/Pcs) adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi untuk mengantarakan ide, ingatan, perasaan tersebut kealam sadar jika kita berusaha mengingatkanya kembali. Alam prasadar bukan bagian dari alam sadar, melainkan bagian lain yang biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk menyadari sesuatu.

ü Alam Bawah Sadar (unconscious/Ucs) adalah bagian dari dunia keasadran yang terbesardan sebagai bagian terpenting dari strukutur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidup individu yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan di dalamnya. Perilaku manusia sebagian besar didorang oleh perasaan dan pikiran yang tersimpan di dalam unconscious ini. Struktur Kepribadian menurut Freud bahwa kepribadian manusia tersusun secara stuktural. Freud berpendapat bahwa dalam dunia kesadaran (awareness) individu terdapat subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis, diantara subsistem tersebut adalah id: komponen biologis, ego: komponen psikologis dan superego komponen sosial

Hakekat Manusia
Berangkat dari teori yang dikembangkan Freud, prinsip-prinsip psikoanalisis tentang hakekat manusia didasarkan atas asumsi-asumsi sebagai berikut:

a. Perilaku pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak

b. Sebagaian besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadari

c. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah diperoleh sejak lahir, terutama kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan agresifitasnya

d. Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan

e. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis.

f. Pembentukan simpton merupakan bentuk defensive

g. Pengalaman tunggal hanya dipahami dengan melihat keseluruhan pengalaman seseorang. Masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang adalah saling berhubungan dalam satu kesatuan apa yang terjadi pada seseorang pada saat ini dihubungkan pada sebab-sebab dimasa lampaunya dan memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan dimasa yang akan dating

h. Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku
Pandangan psikoanalisis ini memberi implikasi yang sangat luas terhadap koseling dan psikoterapi, khususnya dalam aspek tujuan yang hendak dicapai serta prosedur yang dapat dikembangkan.


Aliran Behaviorisme

Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme. Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental. Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal dan mengubah pemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991) memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad sebelumnya.

Tokoh yang terkenal dalam aliran ini adalah John B Watson. Ia menolak bahwa pikiran sebagai subjek psikologi dan bersikeras bahwa psikologi dibatasi pada studi tentang perilaku dari kegiatan – kegiatan manusia dan binatang yang dapat diobservasi (atau yang secara potensial dapat diobservasi). Menurutnya, psikologi itu murni merupakan cabang dari pengetahuan alam (natural science) eksperimental. Tujuan psikologi secara teoritis adalah memrediksi dan mengontrol perilaku, sehingga instropeksi bukan metoda yang dipergunakan. Yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran karena merupakan pengertian yang meragukan.

Prinsip Dasar Behaviorisme

  • Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
  • Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem untuk sciene, harus dihindari.
  • Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
  • Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
  • Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
  • Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.


Aliran Humanistik

Aliran humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an dan 1960-an. Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers. Walaupun psikolog humanistik dipengaruhi oleh psikoanalisis dan behaviorisme, namun aliran ini mempunyai ketidaksesuaian yang sangat berarti dengan psikoanalisis dan behaviorisme. Tekanan utama yang oleh behavioris dikenakan pada stimuli dan tingkah laku yang teramati, dipandang Psikologi Humanistik sebagai penyederhanaan yang keterlaluan yang melalaikan diri manusia sendiri dan pengalaman-pengalaman batinnya, tingkah lakunya yang kompleks seperti cinta, nilai-nilai dan kepercayaan, begitu pula potensinya untuk mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri. Maka psikologi humanistik sangat mementingkan diri (self) manusia sebagai pemersatu yang menerangkan pengalaman-pengalaman subjektif individual, yang banyak menentukan tingkah lakunya yang dapat diamati.
Psikolog-psikolog Humanistik pun tidak menyetujui pandangan pesismis terhadap hakekat manusia dan dicerminkan oleh psikoanalisis Freud maupun pandangan netral (tidak jahat dan tidak baik) kaum behavior.

Menurut aliran humanistik, kedua aliran itu memandang tingkah laku manusia secara salah yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan diluar kekuasaannya; apakah kekuatan-kekuatan itu berupa motif-motif yang tak disadari atau conditioning dari masa kanak-kanak dan pengaruh lingkungan. Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi, aliran Humanistik menyetujui sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandang hakekat manusia itu pada dasarnya baik. Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu. Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib orang lain.

Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.

Psikologi humanistik adalah suatu gerakan perlawanan terhadap psikologi yang dominan yang mekanistik, reduksionistik, atau ’psikologi robot” yang mereduksi manusia. Psikologi humanistik juga menentang metodologi yang restriktif yang menyisihkan pengalaman batin. Psikologi humanistik menghimpun para ahli psikologi yang merepresentasikan pandangan-pandangan dan kecenderungan yang berbeda, juga para ahli psikologi yang hanya menyetujui penolakan terhadap psikologi yang mekanomorfik dan yang


Sumber Referensi:

Innerliches, Aszese. 2008. dalam artikel http://eldido.blog.friendster.com/konseling-dalam-perspektif-psikoanalisa

Mimi. 2008. dalam artikel http://makmun.blog.com/aliran-humanistik

Panggabean, Hana. 2009. dalam artikel http://rumahbelajarpsikologi.com/behavior